Dua kamera RF mount baru dari Canon dengan sensor APS-C akhirnya tiba di meja redaksi infofotografi. Sampai tulisan ini dibuat, kami belum menemukan ulasan tentang kedua kamera ini dari media lain di dalam negeri, maka itu kami begitu tertarik untuk mencoba langsung keduanya meski hanya sebentar. Kedua kakak adik R7-R10 datang dengan lensa kit masing-masing RF-S 18-45mm dan RF-S 18-150mm, dan untuk memaksimalkan pengujian dalam kondisi serba cepat, dipinjamkan juga oleh pihak PT Datascrip sebuah lensa RF 70-200mm f/4 yang punya motor fokus USM nan cepat. Mantap kan.
Di suatu pagi yang cerah, kami membawa semua gear ini untuk memotret aktivitas bersepeda di daerah Jakarta Barat. Pada EOS R7, kami padukan dengan lensa RF 70-200mm f/4, sedangkan di EOS R10 terpasang lensa RF-S 18-150mm yang akan lebih fleksibel baik untuk wide, tele atau membuat sedikit klip video pendek. Kedua kamera diset ke drive mode High Speed Continuous shoot dengan shutter mekanik (keduanya dicoba dalam speed 15 fps), untuk mode auto fokus tentunya di posisi SERVO dan auto fokus area dipilih ke AUTO AREA. Disini tujuannya ingin melihat kepintaran kamera dalam melihat, mengenali dan mentracking subyek yang bergerak.
Di masa lalu, seorang fotografer harus menghadapi dilema dalam memilih mode auto fokus area saat memotret subyek bergerak. Kalau memilih satu titik fokus, sulit sekali bila subyeknya berpindah posisi. Tapi bila memilih AUTO area, kamera masa lalu belum cukup pintar mendeteksi mana subyeknya, sehingga sering salah fokus. Tapi jujur di masa kini, dengan kecerdasan buatan di kamera modern, kami kagum dengan betapa mudahnya kamera mengenali subyek, baik orang, kepala bahkan mata sehingga nyaris tanpa perlu campur tangan dari si fotografernya. Hal ini kami temui juga baik di R7 maupun R10, dan ini adalah kabar baik mengingat kedua kamera ini bakal ditujukan juga untuk penghobi serius atau pekerja berita yang perlu akurasi auto fokus yang tinggi.
Kombinasi burst yang cepat, auto fokus yang pintar, dan motor fokus lensa yang cepat (khususnya lensa dengan motor USM), membuat kami terkesan saat mencoba kedua kamera Canon ini. Dari sekian foto burst yang diambil, hanya sedikit foto yang tidak fokus, selebihnya termasuk layak dipakai, foto-foto nampak tajam di bagian yang memang ingin tampak fokus. Adapun mengenai kualitas sensor kedua kamera, karena mereka memakai sensor APS-C, maka di ISO tinggi memang agak sedikit menurun. Masalahnya, di pagi hari yang belum begitu terang, untuk bisa mendapat shutter yang cepat saat memotret sepeda yang melaju dengan cepat, kami perlu memakai ISO antara 3200 hingga 6400. Tapi bila fotonya diambil di siang hari yang terang, maka tentu saja soal ISO ini bukan sebuah hal yang perlu dirisaukan.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!